Status Gunung Marapi Turun ke Level II, Erupsi dan Banjir Lahar Dingin Masih Berpotensi Terjadi

Status Gunung Marapi Turun ke Level II, Erupsi dan Banjir Lahar Dingin Masih Berpotensi Terjadi
Puncak Gunung Api Marapi/F: LIPO

SUMBAR, LIPO - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, mengabarkan perkembangan terkini aktivitas Gunung Api Marapi Sumatera Barat (Sumbar), Senin (01/07/24). 

Kepala Badan Geologi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendra Gunawan, dari pengamatan visual, dalam satu minggu terakhir (23-30 Juni 2024) Gunung Marapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal dengan tinggi sekitar 100-300 meter di atas puncak. Terjadi dua kali aktivitas erupsi namun tinggi dan warna kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut/awan. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat, dan barat laut. Suhu udara sekitar 18,4- 29,1°C.

Sedangkan, dari Pengamatan Instrumental, data kegempaan dalam rentang waktu 23 30 Juni 2024 didominasi oleh gempa Hembusan, sedangkan gempa Erupsi/Letusan terekam rendah. Data gempa selengkapnya adalah terekam 2 kali gempa Letusan, 26 kali gempa Hembusan, 2 kali gempa Vulkanik Dangkal, 6 kali gempa Vulkanik Dalam, 25 kali gempa Tektonik Lokal, 17 kali gempa Tektonik Jauh, dan Tremor Menerus dengan amplitudo 0.5-2 mm (dominan 1 mm).

“Data grafik tiltmeter Stasiun Batu Palano masih melanjutkan penurunan (deflasi) baik pada sumbu tangensial maupun radial,” jelas Hendra melalui keterangan tertulisnya dikutip liputanoke.com, Senin (01/07/24). 

Berdasarkan dari hasil dua pengamatan itu dapat disampaikan perkembangan aktivitas Gunung Marapi sampai dengan 1 Juli 2024 adalah sebagai berikut:

Pasca erupsi 3 Desember 2023 sampai saat ini, secara umum tinggi kolom abu erupsi memperlihatkan penurunan secara fluktuatif, demikian juga dengan tinggi asap hembusan. Baik tinggi kolom abu erupsi maupun hembusan asap umumnya kurang dari 500 meter di atas puncak. Lontaran material erupsi jatuh di dalam wilayah radius kurang dari 3 km dari pusat erupsi dan dominan jatuh di sekitar puncak G. Marapi.

Sejak erupsi utama 3 Desember 2023 hingga saat ini gempa Erupsi berfluktuasi, menunjukkan penurunan, dan secara harian mulai jarang terjadi. Untuk gempa Hembusan, jumlah harian tertinggi terjadi di bulan Maret 2024, setelahnya gempa Hembusan berangsur menurun secara fluktuatif. Dalam kurun waktu dua minggu terakhir aktivitas kedua gempa permukaan ini tergolong rendah.

Gempa-gempa yang berkaitan dengan pasokan dan migrasi magma dari kedalaman seperti gempa Low Frequency, Vulkanik Dangkal, dan Vulkanik Dalam secara umum terlihat menurun setelah Maret 2024. Meskipun pernah terjadi kenaikan tiba-tiba gempa Vulkanik Dalam 25 kali sehari pada 29 April 2024, namun kemudian gempa ini turun drastis di hari-hari berikutnya. Setidaknya dalam satu bulan terakhir ketiga gempa tersebut terekam dengan jumlah harian yang rendah.

“Gempa Hybrid/Fase Banyak yang berkaitan dengan pembentukan dan pertumbuhan kubah lava cenderung menurun sejak akhir Januari 2024, dan sejak April 2024 gempa ini terekam dengan jumlah harian yang rendah,” kata Hendra. 

Gempa Tektonik Lokal di sekitar G. Marapi masih tetap terekam secara fluktuatif, dan pada 26 Mei 2024 pernah terekam 40 kali dalam sehari lalu cenderung menurun dan saat ini terekam dengan jumlah harian yang masih di atas normal. Peningkatan gempa Tektonik Lokal sampai saat ini tidak memicu naiknya aktivitas gempa Vulkanik Dalam maupun Vulkanik Dangkal atau dengan kata lain tidak memicu kenaikan pasokan magma dari kedalaman.

Energi seismik yang tercermin dari RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) cenderung stabil secara fluktuatif di sekitar baseline terutama dalam satu bulan terakhir. Tremor Menerus (mikrotremor) masih terekam namun dengan amplitudo yang relatif kecil dan stabil (tanpa mengalami peningkatan).

Nilai dv/v (variasi kecepatan seismik) dari data kegempaan G. Marapi sampai 30 Juni 2024 menunjukkan berada di sekitar nol yang diinterpretasikan bahwa tingkat stress atau tekanan pada tubuh gunungapi kembali berada dalam kondisi normal (tidak terjadi peningkatan stress). 

Demikian juga dengan nilai koherensi yang mencerminkan kondisi medium bawah permukaan, sekarang mempunyai nilai yang tinggi (sekitar 0,8) yang menunjukkan kondisi medium dekat permukaan tubuh G. Marapi sudah kembali normal. Pada sebelum erupsi Januari 2023 dan Desember 2023, nilai dv/v dan koherensi mengalami penurunan.

“Grafik deformasi tiltmeter secara umum memperlihatkan penurunan (deflasi) yang mengindikasikan kecenderungan pengempisan pada tubuh G. Marapi,” jelasnya. 

Sementara, laju emisi (fluks) gas SO2 G. Marapi (dari satelit Sentinel) yang juga dapat mengindikasikan pasokan magma dari kedalaman secara umum memperlihatkan penurunan. 

“Grafik laju emisi gas menunjukkan relatif stabil dalam kuantitas yang rendah di bawah 300 ton/hari sejak awal Mei 2024,” ucapnya. 

Berdasarkan evaluasi data-data di atas maka secara umum aktivitas G. Marapi cenderung menurun dan relatif stabil terutama dalam dua minggu terakhir. 

Potensi terjadinya erupsi masih tetap ada yang merupakan pelepasan dari sisa energi untuk menuju kondisi kesetimbangan. 

Jika tidak terjadi peningkatan pasokan magma kembali maka erupsi yang dapat terjadi diperkirakan akan berskala kecil dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan berada di sekitar puncak G. Marapi di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek). Untuk sebaran abu erupsi dapat terjadi sesuai dengan arah dan kecepatan angin. 

Namun demikian material erupsi yang jatuh dan sudah terendapkan di bagian puncak dan lereng G. Marapi selama ini masih tetap berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan. Oleh karena itu potensi bahaya dari aliran/banjir lahar pada lembah/bantar/aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak G. Marapi harus tetap diwaspadai. Demikian juga dengan potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2S tetap ada di area. kawah/puncak G. Marapi.

Sehubungan dengan itu, berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka terhitung dari tanggal 1 Juli 2024 pukul 15:00 WIB tingkat aktivitas G. Marapi diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada), dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi/ancaman bahaya terkini.

Sehubungan dengan tingkat aktivitas G. Marapi pada LEVEL II (WASPADA), maka direkomendasikan:

1. Masyarakat di sekitar G. Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek) G. Marapi.

2. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/bantaran/aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Marapi agar tetap mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar atau banjir lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.

3. Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA).

4. Seluruh pihak agar menjaga suasana yang kondusif di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.

5. Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung atau dengan Pos Pengamatan G. Marapi di Jl. Prof. Hazairin No. 168 Bukittinggi untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas G. Marapi.

6. Masyarakat dapat memantau perkembangan aktivitas dan rekomendasi G. Marapi melalui website Badan Geologi https://geologi.esdm.go.id, website PVMBG https://vsi.esdm.go.id atau melalui aplikasi/website Magma Indonesia yang dapat diunduh di Google Play Store atau melalui website https://magma.esdm.go.id serta melalui media sosial PVMBG (facebook, twitter, dan instagram @pvmbg_).

“Tingkat aktivitas G. Marapi akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dan rekomendasi G. Marapi ini tetap berlaku selama surat/laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan,” kata Herman. 

Gunung Api Marapi Sumbar

Gunung Api Marapi (2891 mdpl) secara administratif terdapat di dalam wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Puncak gunungapi ini berada pada koordinat 0° 22' 47,72" LS-100° 28' 16,71" BT. Gunung Api Marapi dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi yang berada di Jl. Prof. Hazairin No. 168 Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat.

Gunungapi Marapi termasuk sering mengalami erupsi. Sejak tahun 1807 erupsi memiliki masa istirahat terpendek kurang dari 1 tahun dan terlama 17 tahun (rata-rata istirahat 3,5 tahun). Karakter erupsi G. Marapi bersifat eksplosif dan juga efusif. 

Sejak awal tahun 1987 sampai sekarang erupsinya bersifat eksplosif yang berpusat di Kawah Verbeek. Aktivitas erupsi eksplosif biasanya disertai dengan suara gemuruh dengan produk erupsi dapat berupa abu, pasir, lapili dan terkadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik.

Periode erupsi terakhir dimulai sejak terjadinya erupsi utama pada 3 Desember 2023 pukul 14:54 WIB yang menghasilkan tinggi kolom abu sekitar 3000 meter di atas puncak (5891 mdpl) dan disertai dengan aliran piroklastik ke arah barat laut dengan jarak luncur sejauh 3 km dari puncak. 

Pasca erupsi utama, rangkaian erupsi secara tidak kontinyu masih berlanjut hingga tahun 2024, dan sampai evaluasi ini dibuat, letusan terakhir yang tercatat adalah pada 28 Juni 2024. Sebagai upaya mitigasi, tingkat aktivitas G. Marapi telah dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) sejak tanggal 9 Januari 2024 pukul 18:00 WIB.*****

 

 

 

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

#Gunung Marapi

Index

Berita Lainnya

Index