Prabowo-Ganjar Bersaing, Pengamat: Objektivitas Lembaga Survei Layak Dipertanyakan

Prabowo-Ganjar Bersaing, Pengamat: Objektivitas Lembaga Survei Layak Dipertanyakan
Prabowo-Ganjar-Anies/F: Kolase Photo/int

 

LIPO - Pasca Anies Baswedan dideklarasikan sebagai calon presiden 2024 oleh NasDem dan didukung oleh dua parpol yakni PKS dan Demokrat, lembaga survei secara aktif menyajikan hasil perkembangan terkini. Namun yang menjadi menarik adalah posisi Anies yang selalu bertengger di posisi ketiga, padahal ia dianggap gencar melakukan komunikasi politik dan sosialisasi ke masyarakat. Dan selama ini dukungan secara real terlihat sangat membludak.

Hasil lembaga survei yang selalu stagnan menempatkan Anies di peringkat ketiga dipertanyakan oleh pengamat komunikasi politik M. Jamiluddin Ritonga dari Universitas Esa Unggul. 

"Sejak Koalisi Perubahan mengusung Anies  Baswedan elektabilitasnya konsisten di posisi tiga. Elektabilitas Anies itu tentu dipertanyakan banyak pihak karena ia sudah melakukan kerja-kerja politik di berbagai daerah. Sejak Koalisi Perubahan mendeklarasikan Anies sebagai bakal capres, ia terus bergerak mensosialisasikan dirinya ke masyarakat," ungkapnya kepada liputanoke.com, Rabu (10/5/2023).

Ia juga mengkritisi hasil survei sebelumnya yang selalu mengunggulkan Anies di posisi pemuncak, padahal belum melakukan kegiatan politik untuk menaikkan elektabilitas. Sebagai dosen Metodologi Penelitian Komunikasi, Ritonga menilai hal ini cukup ganjil jika menyangkut basis riset.

"Dilain pihak, saat Anies masih menjadi Gubernur DKI Jakarta, elektabilitas masih sering di posisi satu dan dua. Padahal saat itu Anies belum melakukan kerja-kerja politik. Karena itu, wajar kalau banyak pihak mempertanyakan objektivitas lembaga survei dalam mengukur elektabilitas. Soal objektivitas lembaga survei ini memang sudah sering dipertanyakan para pengamat politik dan komunikasi politik," kritiknya.

Hal ini mengingat, elektabilitas Ganjar yang selalu merajai di peringkat satu meski sebelumnya sempat turun ketika Piala U-20 dibatalkan. Namun, dengan begitu kencangnya bertengger di peringkat pertama. Dan nama Anies seolah tenggelam.

"Persoalan objektifitas itu semakin layak dipersoalkan saat kasus Ganjar Pranowo menolak Israel ikut Piala Dunia U-20. Elektabilitas Ganjar memang sempat melorot, namun dalam waktu yang sangat singkat elektabilitasnya kembali ke posisi satu. Dilihat dari kecenderungan pendapat umum, tentu cepatnya elektabilitas Ganjar kembali ke posisi satu diluar nalar. Sebab, biasanya perubahan pendapat umum, apalagi terkait hal prinsif, akan berlangsung lama. Namun tidak demikian hal dengan kasus Ganjar," urainya.

Sehingga, Ritonga menilai merosotnya Anies yang hanya di posisi ketiga ditengarai kurang objektifnya lembaga survei dalam mengukur hasil real. Tapi lebih kepada memenuhi framing para calon yang membayar survey.

"Jadi, konsistennya elektabilitas Anies di posisi tiga, bisa jadi karena permasalahan objektivitas lembaga survei. Lembaga survei bukanlah lagi sebatas untuk mengukur elektabilitas, tapi sudah berperan juga sebagai tim sukses dari calon tertentu. Karena itu, hasil survei tidak lagi disampaikan apa adanya, tapi bisa saja digunakan untuk mem framing para calon yang membayar survey," jelasnya.

Pihak yang membayar tentunya akan di framing dalam konotasi positif. Setidaknya akan di framing menjadi calon yang berpeluang menang dalam Pilpres 2024. Untuk itu tentunya elektabilitas sang calon akan ditempatkan nomor satu.

Dilain pihak, calon yang tidak membayar tentunya tidak mendapat framing yang menguntungkan. Elektabilitasnya dengan sendirinya akan ditempatkan pada posisi seperti yang kerap ditempatkan pada Anies.

"Kalau lembaga survei seperti itu, tentu lama kelamaan masyarakat akan tidak percaya pada hasil survei yang dirilisnya. Masyarakat tidak akan menganggap lagi hasil survei sebagai acuan untuk menilai kelayakan untuk memilih capres. Kalau itu terjadi, maka yang rugi tentunya lembaga survei itu sendiri. Eksistensi lembaga survei berpeluang akan redup di negeri ini," kritiknya. (*16) 

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index