Potensi Megathrust di Sumbar, Kota Padang Terancam Dihantam Tsunami 10 meter

Potensi Megathrust di Sumbar, Kota Padang Terancam Dihantam Tsunami 10 meter
Ilustasi gelombang tsunami. (Foto: Istockphoto/dmelnikau)
LIPO - Belum lama ini publik dibuat terperangah akan adanya tsunami Megathrust dengan tinggi gelombang bisa mencapai 20  meter menghantam pesisir pulau Jawa. Prediksi potensi itu disampaikan peneliti dari salah satu perguruan tinggi.

Ternyata potensi terjadi penomena alam Megathrust tsunami juga terjadi di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

Prediksi itu diungkap oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat (Sumbar). 

Melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Sumbar, Syahrazad Jamil, saat diskusi virtual terkait upaya pengurangan risiko bencana tsunami di Provinsi Sumbar, Ia mengungkapkan bahwa adanya prediksi para ahli yang menyebutkan jika terjadi patahan Megathrust Mentawai, maka akan terjadi gempa bumi berkekuatan 8,9 magnitudo dan tsunami di Kota Padang.

"20 sampai 30 menit kemudian disusul gelombang tsunami di Kota Padang setinggi enam hingga 10 meter dengan jarak dua hingga lima kilometer," jelas Syahrazad Jamil, seperti dilansir antara, pada Jumat 13 November 2020.

Dengan bencana alam sebesar itu setidaknya akan berdampak pada 1,3 juta penduduk. Dengan menggunakan skenario terburuk, diperkirakan 39.321 jiwa meninggal dunia, 52.367 hilang dan 103.225 mengalami luka-luka. Dan hancurnya fasilitas umum seperti bandara dan pelabuhan.

"Pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Minangkabau hancur, itu prediksi para ahli," katanya.

Untuk diketahui, pulau Sumatera sudah mengalami beberapa kali bencana tsunami. Khusus di Sumbar, tsunami terjadi di Kepulauan Mentawai pada 25 Oktober 2010 dengan menelan korban jiwa hingga 408 orang.

Untuk mewaspadai potensi bencana alam besar itu, Provinsi Sumbar melakukan berbagai upaya membangun kemitraan dan koordinasi bersama dengan berbagai lembaga. Termasuk memperkuat koordinasi dengan TNI dan Polri.

Disamping itu, program dan kegiatan pengurangan risiko bencana juga terus dikuatkan dengan membentuk satuan pendidikan aman bencana, kelompok siaga bencana, latihan evakuasi mandiri dan pembangunan sarana mitigasi serta evakuasi berupa shelter, peta jalur evakuasi, dan peringatan dini.

"Bantuan shelter yang kita bangun memberikan rasa aman bagi masyarakat. Apalagi, sejak kejadian gempa 2009 sudah menjamur bangunan seperti hotel yang memberikan rasa aman," katanya, sebagai mana dikutip di laman online pikiranrakyat.(*1)

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index