PEKANBARU, LIPO - Beberapa hari menjelang Hari Bhakti Adhyaksa yang ke 60, masyarakat Riau dikejutkan oleh gerbrakan jajaran Kejaksaan dengan mengusut beberapa kasus. Mulai dari tingkat Provinsi, hingga Kabupaten. Berita pengusutan kasusnya pun menghiasi halaman media.
Masyarakatpun dibuat terhentak. Bagaimana tidak, Kejaksaan Tinggi Riau yang saat ini dipimpin seorang wanita yang mempunyai nama lengkap Dr.Mia Amiati, SH,MH, membuat galau pihak-pihak tertentu.
Wanita yang saban hari terbalut baju coklat ini tidak bisa dipandang sebelah mata, dan apalagi dianggap remeh. Sikap tegas, keras bagaimana cadas akan tampak saat berhadapan dengan para penilap uang rakyat.
Akan tetapi Mia tetaplah Mia. Seorang wanita yang juga mempunyai sisi kelembutan, dan keibuaan seperti dimiliki wanita lainnya. Sikap keras bagaikan cadas akan luluh sekita selembut bisquit. Buktinya, mata Mia berkaca-kaca hanya karena sebuah papan ucapan.
Di saat HBA ke 60, sebuah papan ucapan selamat berdiri kokoh diantara papan ucapan lainnya, di halaman kantor Kejaksaan. Mia pun terkejut, dan langsung turun dari mobil yang membawanya. Mia pun terdiam beberapa saat. Entah apa yang ada dalam pikirannya kala itu. Cukup lama Mia berdiri disana, hingga Mia pun mengabadikannya dengan sebuah ponsel.
"SELAMAT HBA KE 60. KAMI TAHU MENJADI JAKSA ITU BERAT, TETAPI KAMI TAHU MAMA MIA ADALAH JAKSA YG HEBAT, dari ANAK2 MAMA, TIO, BIMA & ZAHRA," demikian tertulis dipapan ucapan yang terbuat dari bahan kayu.
Saat diwawancarai, Mia sendiri membenarkan kalau papan ucapan itu memang dari anak-anak nya. Dan Mia sendiri tanpa sengaja melihat papan ucapan tersebut.
"Kemarin begitu turun dari mobil saya lihat tidak sengaja," jawab mojang priagan berusia 55 tahun tersebut itu.
Ucapan lewat Papan bunga tersebut menggambarkan betapa hubungan antara ibu dan anak begitu harmonis.
Diakui Mia saat ini, dengan tugasnya sebagai Kejati, serta tugas yang begitu padat, membuat dirinya tidak memiliki waktu yang banyak untuk berkumpul dengan keluarga. Namun, dikatakannya, anak-anak nya tetap mencoba memahami tugas ibunya sebagai seorang Jaksa.
"Saya sangat memiliki keterbatasan waktu untuk mereka (anak), sehingga pada saat berada didekat mereka saya upayakan memiliki quality time dan mewujudkan indahnya kebersamaan," jelas wanita yang akrab disapa teteh Mia.
Dikatakan Mia lebih lanjut,
Pertama kali melihat papan bunga ucapan dari anaknya, Ia sangat merasa senang. Namun, hatinya juga gundah disaat pandemi dan dimulainya masa belajar mengajar. Dimana anak-anaknya butuh pendampingan dari dirinya sebagai seorang ibu. Adalah hal yang paling berat untuknya (Mia).
"Saya merasa ini adalah hal yang berat. Anak-anak harus belajar online. Hanya didampingi dengan jarak jauh, dan sempat terucap mereka bosan ketika saya harus kembali ke tempat tugas dengan meninggalkan rumah. Sempat terucap sama anak bosan ditinggal mama," kata Mia sambil terdiam beberapa saat saat diwawancarai.
Ternyata Mia menangis, air nya pun tak terbendung, saat Mia menyadari kala itu jauh dari anak-anaknya yang saat ini sangat membutuhkan perhatiannya. Tangisnya begitu jelas terdengar saat dihubungi liputanoke.com via telepon seluler. Kenapa menangis Buk Mia?
"Saya hanya teringat anak-anak saja. Saya merasa bersalah. Saya selalu merasa bersalah selalu meninggalkan mereka di saat mereka membutuhkan saya. Ucapan anak-anak ini benar-benar menjadi tantangan untuk saya bahwa saya harus menjadi sosok yang kuat dan sosok yang hebat dalam arti dapat mengemban amanah jabatan dengan baik, dan dapat menunjukkan prestasi yang akan membuat anak-anak bangga," jelas Mia makin terisak, Rabu (22/02).
Sedikit diceritakan Mia tentang sikap anak-anaknya, dalam kondisi apapun, anaknya selalu bangga dengan dirinya, dan selalu menceritakan "kehebatan" ibunya, baik kepada teman-temannya bahkan guru-guru nya di sekolah.
"Saya selalu ingat, kalau ada berita-berita di koran, online, ada artikel yang saya tulis mereka berebut membaca. Dan mereka ceritakan ke guru dan temannya. Itu kebahagian tak ternilai bagi saya," cerita Mia, kembali terdengar isak tangisnya.
Lalu, apa ada keinginan Mia agar salahsatu anaknya mengikuti jejak profesinya?
"Yang utama tentunya saya ingin mereka jadi anak-anak yang sholeh dan sholehah, dan berhasil dalam menempuh pendidikan dan tidak mengharuskan menjadi jaksa," kata Mia lagi.
Untuk pemberantasan dugaan perilaku korupsi, Mia Amiati, bertekad tidak akan mundur membela kepentingan masyarakat banyak. Apalagi ditengah bangsa yang saat ini dilanda pandemi covid-19.
Kepada penyelenggara kebijakan Mia pun berpesan agar tidak perlu takut dalam menjalankan tugas yang telah diamanahkan.
"Ya sebenarnya semuanya sudah ada aturan mainnya, baik melalui perangkat UU ataupun peraturan pelaksana di bawahnya, seperti Juklak melalui Keputusan Menteri, bahkan Keputusan Gubernur, atau Keputusan Wali Kota atau Bupati. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa semua peraturan itu dibuat untuk dipatuhi, jika ada yang dilanggar tentu akan ada sanksi," tegas Mia, yang saat ini sudah 31 Tahun berkarir. (*1)