Pekanbaru, LIPO -Era digital yang digandrungi masyarakat Indonesia saat ini, membuat aktivitas kampanye peserta pemilu dan pilkada menjadi lebih mudah.
Kemudahan tersebut disebabkan oleh jarak yang kian dekat antara paslon dengan calon pemilih. Namun, gelaran pilgub DKI tahun 2017 menunjukkan, calon yang sekian lama dipopulerkan di ranah online (Ahok), berakhir dengan kekalahan.
Terkait realita ini, Ketua DPW PKB Riau, Abdul Wahid, mengungkapkan pihaknya tak akan bermain diranah online semata. Dikatakan Wahid, pasangan yang diusung PKB (Lukman Edy-Harianto) akan menggunakan berbagai metode alias gado-gado, temasuk canvasing.
"Semua kita lakukan, yang penting bagaimana orang tahu dan mengenal LE, dan akhirnya memilih dia," ungkapnya kepada LIPO, Sabtu (3/2/2018).
Adapun kampanye ranah online, turut dipengaruhi oleh kesiapan infrastruktur listrik dan telekomunikasi yang ada di daerah. Selain itu, kampanye di dunia maya, terutama via media sosial, rentan terpapar perkataan-perkataan negatif (hate speech). Disamping itu efektifitas kampanye di dunia online, juga dipengaruhi perilaku pengguna ponsel.
Untuk diketahui, sejumlah kawasan di Provinsi Riau belum terjamah jaringan listrik dan telekomunikasi secara maksimal, khususnya area pedesaan. Berdasarkan data Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau, terdata 157 desa yang belum teraliri listrik dari total 1.592 desa di provinsi ini, dengan rincian: Inhil (80 desa), Kampar (16 desa), Rohil (11 desa), Meranti (11 desa), Pelalawan (10 desa), Siak (9 desa), Inhu (7 desa), Rohul (5 desa), Bengkalis (4 desa), Pelalawan (3 desa), dan Kuansing (1 desa).
Ditambahkan Wahid, semua metode kampanye (untuk mensiasati kendala lapangan) nantinya akan diterapkan dengan seksama ketika aturan sudah memungkinkan.
"Kita lakukan setelah jadwal kampanye diperbolehkan oleh KPU."
Terpisah, pakar komunikasi Universitas Pajajaran, Medrial Alamsyah mengatakan, aktor politik yang melakukan kampanye pada era sekarang, akan memilih metode kombinasi. Menurutnya, ranah online tetap akan digarap asalkan pemilih akrab dengan medsos.
"Buzzer diperlukan dalam mengkomunikasikan visi misi dan program kandidat melalui medsos, jika pemilihnya akrab dengan medsos. Jika tidak mungkin dilakukan cara lain seperti canvasing," paparnya kepada LIPO.
Medrial menambahkan, apa pun metode kampanye yang nantinya dilakukan paslon mestilah dipilih secara proporsional.
"Begitu melebihi batas, dia tidak efektif, atau bahkan bisa jadi bumerang," pungkasnya. (lipo*15)