Soal Demo Penistaan dan Politisasi Alquran

Ini Sikap KH Hasyim Muzadi

 Ini Sikap KH Hasyim Muzadi
KH Hasyim Muzadi/rol
Jakarta, LIPO-Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi bereaksi atas munculnya persoalan dan meluasnya kontroversi berbagai soal kebangsaan terkait soal kasus dugaan pensitaan Alquran Surat Al Maidah ayat 51 yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjaja Purnama.

KH Hasyim Muzadi, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam Depok mengatakan memang ada beberapa hal yang membuat isu tersebut menjadi sangat sensitif terkait dengan agama Islam. Dalam release yang dikirimkan kepada Republika.co.id, Rabu pagi (9/10) dia menyatakan pandangannya yang diberi judul 'Kekuatan (Energi) Alquran dan Politisasi'. Isi lengkapnya sebagai berikut:

Dikalangan umat Islam seluruh dunia ada tiga hal yang tidak boleh disinggung atau direndahkan  yakni : Allah SWT, Rasulullah SAW, dan Kitab suci Al-Quran. Pertama, apabila salah satu dari hal itu, apalagi ketiganya disinggung dan direndahkan pasti mendapat reaksi spontan dari umat islam tanpa disuruh siapapun. Reaksi tersebut akan segera meluas tanpa bisa dibatasi oleh sekat-sekat organisasi, partai, dan birokrasi. Kekuatan energi tersebut akan bergerak dengan sendirinya tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Kedua, fenomena demo 4 Nopember 2016 tentu secara lahiriah dipimpin oleh beberapa tokoh yang merasa terpanggil untuk membela kesucian kitabnya. Namun jumlah yang hadir membuktikan adanya kekuatan (energi spritiual) yang dahsyat dari pengaruh Al-Quran tersebut. Hal ini dapat dibuktikan para pemimpin yang melakukan demo atau mengumpulkan masa tanpa dorongan spiritualisme tersebut tidak mungkin dapat menggerakan umat yang berjumlah jutaan. Mereka berjalan dengan damai, tertib dan siap untuk berkorban. Sehinga sesungguhnya tidak perlu dicari dalangnya, provokator atau siapa yang membayar. karena provokator dan bayaran setingkat apapun tidak akan mampu menggalang kekuatan tersebut. Yang ada mereka adalah menempel gelombang besar untuk kepentingannya bukan kemampuan menciptakan gelombang itu sendiri.

Ketiga, kedahsyatan energi Alquran tersebut hanya bisa dimengerti, dirasakan dan diperjuangkan oleh orang yang memang mengimani Alquran. Tentu sangat sulit untuk diterangkan kepada mereka yang tidak percaya kepada Alquran, berpikiran atheis, sekuler dan liberal. Karena mereka jangan lagi memahami energi Alquran, menerima alquran pun  belum tentu bisa. Sehingga perdebatan antara keimanan kepada aquran dan ketidak percayaan kepada Alquran hanya akan melahirkan advokasi bertele-tele dan berbagai macam rekayasa.

Keempat, Alquran sebagai kitab suci sekaligus kitab pembeda (Alfurqon) yang membedakan antara yang hak dan yang batil. Maka tidak heran kalau kemudian kelihatan dikalangan umat islam sendiri mana yang bertindak sebagai pejuang, sebagai pengikut perjuangan yang ikhlas tanpa pamrih, yang mengambil posisi memanfaatkan keadaan (kepentingan duniawi sesaat) dan mana yang memang menyelewengkan  Alquran. Sedangkan di kalangan non muslim sendiri hanya sangat sedikit yang  membuat konflik lintas agama dengan kaum muslimin. Mereka  adalah fihak yang sudah basah politisasi dan kapitalisasi ekonomi serta hegemoni kekuasaan. Sedangkan mayoritas mutlak non muslim tetap bersatu bersama kaum muslimin dalam penegakan NKRI.(lipo*3/rol)

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index