Dumai, LIPO - Pemerintah Kota (Pemko) Dumai mendukung upaya revitalisasi bahasa daerah Melayu Riau. Sebab, revitalisasi merupakan suatu usaha atau bentuk kegiatan untuk meningkatkan daya hidup (vitalitas) suatu bahasa.
Untuk itu, pemerintah kota mendukung upaya-upaya positif yang dilalukan oleh berbagai pihak, seperti program pelestarian bahasa daerah melalui program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) yang dilakukan Balai Bahasa Provinsi Riau saat ini.
Demikian sambutan Walikota Dumai H. Paisal, SKM., MARS., yang diwakili oleh Sekdako H. Indra Gunawan, S.Ip., M.S.i., dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) Bahasa Melayu Riau di Kota Dumai, Selasa, 11 Juni 2024.
Acara Revitalisasi Bahasa Daerah sangat sejalan dengan program yang dilakukan Pemko Dumai. Tanggal 7 Juni 2024, Pemko Dumai sudah peluncuran program Berbahasa Melayu.
Wako berharap bahwa upaya tersebut akan memberikan sumbangan signifikan dalam upaya melindungi dan mengelola bahasa sebagai kekayaan dan kekuatan untuk memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Paling tidak program revitalisasi akan memperlambat kepunahan bahasa yang terjadi pada saat ini,” kata Paisal di dahadapan 63 peserta Bimtek dari kalangan pengawas, kepala sekolah, guru SD dan SMP Kota Dumai.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Toha Machsum, M.Ag., dalam paparannya mengatakan kegiatan RBD dilakukan di 4 kabupaten kota di Provinsi Riau pada tahun 2024 ini oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, RI.
Keempat daerah tersebut adalah Kota Dumai, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kampar, dan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Revitalisasi Bahasa Daerah merupakan program Merdeka Belajar yang dicanangkan pemerintah.
Program ini adalah bentuk kerisauan dan kepedulian pemerintah terhadap bahasa daerah di bawah ancaman kepunahan. Kepala Balai mmeberikan apresiasinya kepada Pemko Dumai yang sudah mendukung kegiatan ini. “Inilah pemerintah daerah yang mendukung dalam bentuk sharing bugget dalam upaya pelestarian bahasa daerah di Riau. Semoga ini juga diikuti oleh pemerintah daerah lain, sebagai bentuk bahwa pelestarian bahasa daerah adalah tangungjawab bersama,” kata Toha.
Diharapkan peserta Bimtek Revitaliasi Bahasa Daerah bisa menerapkan atau mengimbaskan tujuh mata saji (lomba) kepada guru dan siswa di sekolah masing-masing.
“Saya dan kita semua tentu berharap agar bahasa Melayu Riau tetap terus hidup dan berkembang di tengah gempuran bahasa asing, bahasa gaul, dan bahasa-bahasa lainnya,” kata Toha.
Tujuh mata lomba tersebut adalah bahasa Melayu Riau berbasis cerpen, puisi, aksara arab melayu, komedi tunggal, syair, mendongeng, dan pidato. Sebanyak tujuh mata lomba tersebut dijabarkan dengan rinci dalam setiap materi yang dipaparkan oleh narasumber dalam Bimtek Pengajar Utama RBD di Kota Dumai yang berlangsung dari tanggal 11-15 Juni 2024.
Setelah acara Bimtek, akan ada acara lanjutan yang akan dilakukan oleh peserta Bimtek, yaitu pengimbasan ke siswa dan guru di sekolah masing-masing. Selanjutnya ada acara puncak, yaitu Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat kota/kabupaten dan provinsi yang akan diadakan pada tahun 2024. Sedangkan untuk tingkat nasional, akan dilakukan tahun 2025. Semua cabang lomba di FTBI menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Melayu Riau.
Mereka yang menjadi narasumber dalam acara Bimtek pola 40 jam ini adalah, Toha Machsum, Riski Pauzi, Syahrul Affandi, Datuk Alfala, Dr. Griven H. Putera, dan Latif Hasyim. Dalam kegiatan tersebut, peserta mendapatkan modul sebagai panduan dalam pengimbasan di sekolah, sertifikat pola 40 jam, uang transpor, dan souvenir.(LIPO/ rls)